Gusyik Paya Dua Sultan Ibrahim Raih 3 Penghargaan Nasional Dalam Ajang Bergengsi tingkat Nasional
Keuchik Gampong Paya Dua, Kecamatan Peudawa, Aceh Timur, Sultan Ibrahim, S.Pd, SH, Tahun ini menerima 3 ( Tiga) piagam penghargaan nasional, salah satu nya piagam PWDPI Award 2025 tingkat nasional dengan kategori Tokoh Muda Pembaharuan Terbaik Nasional.
Penghargaan bergengsi dari Persatuan Wartawan Duta Pena Indonesia (PWDPI) itu diserahkan dalam acara PWDPI Awards di Universitas Malahayati, Bandar Lampung, Senin (22/9/2025).
Selanjutnya pada hari Minggu tanggal 5 Oktober 2025, Gusyik sultan Ibrahim juga menerima piagam penghargaan sebagai ucapan terima kasih dari ketua pwdpi Aceh Timur atas partisipasi sultan Ibrahim dalam setiap kegiatan wartawan yang bergabung dalam organisasi media pwdpi Aceh, piagam penghargaan dan ucapan terima kasih ini diantar langsung ke kediaman beliau oleh ketua pwdpi yang di temani oleh musisi legendaris Aceh Timur Maimunzir, tokoh muda idi Rayeuk Maulana serta anggota PAS Ismail.
Tarmizi juga menyerahkan sertifikat pelatihan jurnalis dan jurnalistik kepada Gusyik Sultan, karena saat Gusyik sultan berada di Lampung beliau sempat mengikuti pelatihan jurnalistik yang di selenggarakan oleh DPP pwdpi bekerjasama dengan Dewan pers di gedung Bintang graha universitas Malahayati Lampung.
Menurut sultan Ibrahim,
“Ini bukan penghargaan untuk saya pribadi, tapi untuk masyarakat Paya Dua,” ujar Sultan haru saat menerima piagam penghargaan pwdpi Award tingkat nasional, piagam penghargaan ucapan terima kasih dari ketua pwdpi Dan sertifikat pelatihan jurnalistik tingkat nasional.
Gusyik Sultan Ibrahim adalah nama untuk seorang tokoh nasional yang berasal dari Gampong paya Dua Peudawa yang mengukir prestasi luar biasa baik di bidang pengembangan kloster budidaya tambak. Pengembangan pantai wisata syari’ah maupun bidang sosial terhadap masyarakat Aceh.
Sultan Ibrahim adalah sosok muda pembaharuan yang dinilai berhasil membawa aspirasi masyarakat.
Dari puluhan kepala desa yang direkomendasikan se-Aceh, hanya ia yang lolos kurasi ketat. Panitia menilai, Sultan mampu menghadirkan inovasi nyata, bukan sekadar menjalankan rutinitas pengelolaan dana desa.
Jejak kepemimpinannya berawal dari dunia organisasi.
Sejak mahasiswa ia aktif di HMI IAIN Ar-Raniry (2004–2007), KNPI (2005–2008), dan Pemuda Muhammadiyah Aceh Timur (2006–2012). Tahun 2009, ia sempat bekerja sebagai wartawan di Koran Orbit Medan, sebelum kembali ke tanah kelahiran dan dipercaya memimpin koperasi di Kecamatan Peudawa. Kini, selain menjadi keuchik, ia juga menjabat Ketua Persaudaraan Aceh Seranto (PAS) Aceh Timur.
Sultan mendorong setiap dusun memiliki aset ekonomi sendiri dan investasi. Beliau juga dengan suka rela menyediakan ambulans gratis lintas provinsi yang sudah membantu hampir 500 pasien dan jenazah, serta menjadikan Paya Dua desa bebas narkoba dan judi.
Komitmennya terhadap pemberantasan narkoba semakin tegas karena ia pernah menjabat Ketua Gerakan Indonesia Anti Narkoba (GIAN) 2017–2020.
Bagi Sultan, jabatan keuchik adalah amanah moral, bukan sekadar posisi birokrasi.
“Selagi masih ada waktu untuk berbuat demi memajukan desa, maka berbuatlah. Jangan takut disalahkan kalau itu untuk kebaikan bersama,” ucapnya saat memberi pesan inspiratif di hadapan peserta Rakernas PWDPI di universitas Malahayati kota Bandar Lampung saat itu yang hadir dari 30 provinsi.
Kebanggaan Aceh Timur
Penghargaan ini menjadi kebanggaan bagi warga Paya Dua.
“Penghargaan ini akan menjadi pemicu bagi saya dan perangkat desa untuk bekerja lebih keras. Kami ingin pelayanan publik di Paya Dua semakin baik, dan program pemberdayaan ekonomi lebih besar,” kata Sultan.
Selain Sultan Ibrahim, sejumlah tokoh nasional dan daerah lainnya juga memperolah PWDPI Award 2025, di antaranya Presiden Prabowo Subianto, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Kapolda Lampung.
Dengan pencapaian ini, nama Sultan Ibrahim tidak hanya dikenal di Aceh Timur, tetapi juga menjadi inspirasi nasional tentang kepemimpinan desa yang berani, inovatif, dan berpihak kepada rakyat