Srikandi Aceh Sopir Ambulans, Kini Perkuat PWDPI dan Tuai Apresiasi Nasional
Bandar Lampung – Suasana Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persatuan Wartawan Duta Pena Indonesia (PWDPI) 2025 di Bandar Lampung mendadak riuh tepuk tangan. Sorotan itu bukan semata karena agenda resmi organisasi, melainkan hadirnya sosok perempuan tangguh asal Aceh, Santi Salwati, yang dikenal publik sebagai sopir ambulans lintas provinsi.
Ketua Umum PWDPI, M. Nurullah, RS, secara khusus memberikan apresiasi atas kiprah Santi.
“Ini sebuah kebanggaan. Sosok seperti Santi adalah inspirasi bagi kita semua. Ia tidak hanya mengabdikan diri melalui profesinya yang mulia, tetapi juga ikut berperan memperkuat PWDPI. Kehadiran perempuan tangguh seperti ini akan membuat organisasi semakin solid,” ucap Nurullah disambut tepuk tangan peserta dari 30 provinsi.
Jalan Panjang Sang Sopir Perempuan
Bagi sebagian orang, profesi sopir ambulans identik dengan kaum laki-laki. Namun, Santi justru menembus batas itu. Ia terbiasa mengemudi jarak ratusan kilometer, bahkan lintas provinsi, demi satu tujuan: mengantarkan pasien maupun jenazah ke kampung halaman.
Dari Aceh ke Sumatera Utara, dari Jawa Tengah hingga Kalimantan—jejak pengabdiannya sudah menorehkan cerita. Setiap perjalanan bukan sekadar menyalakan sirene, tapi juga membawa harapan, duka, sekaligus pengabdian tanpa pamrih.
Dari Relawan ke Jurnalis
Kini, Santi melangkah lebih jauh. Dengan resmi bergabung ke PWDPI, ia membawa semangat baru bagi organisasi pers ini.
“Saya ingin peran perempuan lebih terlihat. Semoga ini menjadi motivasi bagi perempuan Aceh lainnya untuk ikut aktif,” katanya dengan mata berbinar.
Bagi Santi, profesi sopir ambulans hanyalah salah satu jalan pengabdian. Lewat PWDPI, ia berharap bisa memperkuat peran perempuan di bidang jurnalistik dan sosial.
Apresiasi Ketua Umum PWDPI bukan tanpa alasan. Dalam diri Santi, tergambar representasi srikandi Aceh: berani, peduli, dan siap berkontribusi untuk sesama.
“Kami harap ke depan semakin banyak srikandi seperti Santi yang memperkuat barisan PWDPI di seluruh Indonesia,” tutup Nurullah.
Kisah Santi membuktikan, pengabdian tak mengenal gender, profesi, maupun batas wilayah. Dari balik kemudi ambulans hingga ruang organisasi, ia tetap menyalakan semangat kemanusiaan—sebuah teladan yang kini bergema di panggung nasional.